topbella

Jumat, 22 November 2013

Kewirausahaan



1. Mengelola Fasilitas Dan Bahan
Kelebihan Mengelola Fasilitas Dan Bahan
1.      Memperpanjang umur ekonomis barang tersebut
2.      Proses Produksi berjalan lancar
3.      Menghundari kemungkinan kerusakan
4.      Kualitas barang terjaga
5.      Menekan biaya pemeliharaan fasilitas
6.      Aliran bahan baku berjalan normal

Kelemahan Mengelola Fasilitas Dan Bahan
1.       Resiko hilang dan rusak
2.       Biaya pemeliharaan tinggi
3.       Usang (Penurunan kualitas)
4.       Menghambat kelancaran

2. Mengelola Proses Produksi
Kelebihan Mengelola Proses Produksi
1.       Memperbaiki pandangan operasinal dan presisi pengambilan keputusan
2.       Penurunan biaya Downtime
3.       Menurunkan pemborosan bahan mentah
4.       Menurunkan tingkat inventaris bahan mentah
5.       Cepat mendapat respon atas permintaan konsumen
6.       Dapat mengelola permintaan konsumen dengan baik

Kelemahan Mengelola Proses Produksi
1.       Proses produksi tidak bisa berjalan dengan baik
2.       Tidak dapat menghasilkan produk yang diinginkan
3.       Tidak bisa memperoleh laba secara maksimal
4.       Tidak dapat menguasai pasar tertentu
5.       Tidak bisa melaksanakan kerja secara efektif dan efisien

3. Mengelola Keuangan Perusahaan
Kelebihan Mengelola Keuangan Perusahaan
1.       Untuk meningkatkan pertumbuhan usaha
2.       Untuk meningkatkan kemampuan dalam usaha
3.       Untuk meningkatkan efisiensi dalam usaha
4.       Untuk meningkatkan imbalan pemilik usaha
5.       Dapat merencanakan keuangan usaha
6.       Dapat mengendalikan keuangan usaha

Kelemahan Mengelola Keuangan Perusahaan
1.       Tidak bisa membantu memcapai tujuan perusahaan
2.       Tidak bisa menentukan sumber mana yang akan diambil serta berapa jumlahnya secara optimal

4. Mengelola Administrasi
Kelebihan Mengelola Administrasi
1.       Memberikan kepuasan bagi pelanggan
2.       Membantu perusahaan memelihara persaingan
3.       Menyimpan data-data perusahaan dengan cermat dan tertib
4.       Mengetahui persediaan barang
5.       Mengetahui adanya pembelian dan penjualan barang maupun perlengkapan lainnya
Kelemahan Mengelola Administrasi
1.       Membutuhkan banyak tempat yg luas
2.       Biaya yang dikeluarkan relatuf tinggi
3.       Membutuhkan orang yang benar-benar ahli dibidangnya
4.       Tata letak harus sesuai agar mudah menemukannya

5. Memasarkan Produk atau Jasa
Kelebihan Memasarkan Produk atau Jasa
1.       Agar pelanggan/konsumen mengetahui produk atau jasa dari perusahaan kita
2.       Agar pelanggan/konsumen lebih mengenal produk atau jasa
3.       Meningkatkan koordinasi dalam pemasaran prosuk
4.       Menciptakan taktik atau tindakan pelaksanaan dalam memasarkan produk atau jasa
5.       Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi perubahan dalam pemasaran produk
6.       Mudah mencari pemasok

Kelemahan Memasarkan Produk atau Jasa
1.       Kualitas barang kalah dengan produk impor
2.       Memerlukan usaha ekstra untuk Branding
3.       Profit sedikit
4.       Timbul banyak pesaing
5.       Tidak bisa menetapkan harga jual terlalu tinggi 

Kamis, 21 November 2013

Akuntansi Biaya "Harga Pokok Pesanan"

Materi Akuntansi Biaya ( Metode Harga Pokok Proses )

METODE HARGA POKOK 
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa.
Karakteristik Metode Harga Pokok Proses :
  • Proses produksi bersifat terus menerus dan produk yang dihasilkan merupakan produk massa yang bersifat standar.
  • Biaya produksi dikumpulkan dengan dicatat dalam setiap departemen produksi yang ada, untuk jangtka waktu tertentu (umumnya satu bulan).
  • Harga pokok per unit produk dihitung dari harga pokok produk selesai periode dibagi dengan unit produk yang telah selesai dalam periode yang bersangkutan.
  • Harga pokok produk dihitung pada akhir periode tertentu.
  • Biaya bahan tidak perlu dipisahkan dari biaya bahan baku dan biaya bahan pembantu, dan biaya tenaga kerja tidak dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
  • Produk yang belum selesai (masih dalam proses) pada akhir periode, dicatat ke dalam rekening persediaan Produk Dalam Proses.
  • Pada akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi setiap departemen, yang pada dasarnya berisi perhitungan harga pokok produk yang telah selesai, dan yang masih dalam proses, yang dinyatakan dalam total maupun per unit.
Akuntansi Biaya Produksi
  • Dalam metode harga pokok proses lebih menekankan pada penggunaan laporan harga pokok produksi per departemen.
Laporan Harga Pokok Produksi
  • Laporan harga pokok produksi, seperti yang telah dikemukakan dimuka, merupakan media akuntansi yang digunakan oleh metode harga pokok proses dalam penentuan harga pokok produk total mapun per unit. Laporan harga pokok produksi disusun untuk setiap produksi, yang secara keseluruhan umumnya berisi tiga bagian laporan, yaitu:
  1. Laporan produksi (skedul kuantitas)
  2. Pembebanan biaya
  3. Perhitungan biaya
Laporan Produksi
Laporan produksi atau disebut juga skedul kuantitas merupakan bagian laporan harga pokok  produksi yang memberikan informasi mengenai arus fisik dari unit masukan yang diolah dan unit keluaran yang dihasilkan oleh suatu departemen produksi.
CONTOH LAPORAN PRODUKSI DAPAT DILIHAT
Pembebanan Biaya
            Pembebanan merupakan bagian laporan harga pokok produksi yang pada dasarnya memuat biaya produksi yang dikumpulkan oleh suatu departemen selama periode tertentu. Informasi mengenai biaya yang dibebankan kepada produk yang diolah disajikan berdasarkan elemen biaya produksi dalam jumlah total dan per unit. Biaya produksi yang dibebankan kepada produk dapat berupa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen yang bersangkutan.
Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya merupakan bagian laporan dari harga pokok produksi yang pada dasarnya memuat biaya produksi yang diperhitungkan untuk produk yang telah selesai dan poduk yang masih dalam proses pada akhir periode untuk departemen yang bersangkutan. Produk yang telah selesai dapat berupa produk yang ditransfer ke gudang penyimpanan dan produk yang ditransfer ke departemen berikutnya untuk diolah lebih lanjut.
METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
— Pembahasan mengenai metode harga pokok proses dalam bab ini merupakan kelanjutan dari metode Harga Pokok Proses Pengantar. Yaitu metode harga pokok proses dengan memperhitungkan adanya persediaan produk dalam awal proses periode. Produk yang belum selesai(dalam proses) pada akhir periode suatu departemen produksi, merupakan produk dalam proses pada awal periode departemen yang bersangkutan pada bulan berikutnya.
— Dalam hal ini ada dua metode yang dapat digunakan untuk penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan produk dalam proses awal, yaitu metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama keluar pertama (MPKP).
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang
— Penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok rata-rata dapat dibedakan menjadi dua bagian pembahasan, yaitu:
Perhitungan di departemen awal
Perhitungan di departemen lanjutan (setelah departemen awal).
1. Perhitungan Harga Pokok Di Departemen Awal
— Beberapa hal pokok yang perlu diketahui dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Dalam laporan produksi, unit produk dalam proses awal menambah unit produk yang dimasukkan proses bulan ini sebagai unit produksi seluruhnya yang diproses bulan ini di departemen awal.
Dalam pembebanan biaya produksi, harga pokok produk dalam proses awal (yang berasal dari bulan lalu) ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode ini, dirinci untuk setiap elemen biaya produksi.
Rumus Perhitungan Biaya produksi Per unit Departemen Awal
By. Bahan yg melekat By. Bhn yg dikeluarkan
— Biaya bahan per unit = pd PDP awal + pada bulan ini
unit ekuivalen biaya bahan
BTK yg melekat pada BTK yg dikeluarkan pada
— BTK per unit = PDP awal + bulan ini
unit ekuivalen biaya tenaga kerja
BOP yg melekat pada BOP pabrik yg dikeluarkan
— BOP per unit = PDP awal + pada bulan ini
unit ekuivalen biaya overhead pabrik
Harga pokok per unit merupakan penjumlahan biaya per unit dari setiap elemen biaya produksi, yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi (PDP awal + Biaya periode ini) dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
Unit ekuivalen dihitung dengan cara menambahkan unit produk selesai (yang ditransfer ke gudang/departemen lanjutan) dengan unit produk dalam proses akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
Dalam perhitungan biaya harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen lanjutan dihitung dengan cara mengalikan harga pokok per unit dengan unit produk selesai. Sedang dalam perhitungan harga pokok produk dalam proses (PDP) akhir, unit produk dalam proses akhir dikalikan dengan harga pokok per unit (dihitung untuk setiap elemen biaya produksi)
Perhitungan Harga Pokok Di departemen lanjutan lanjutan
— Penentuan harga pokok produk di departemen lanjutan dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang, pada dasarnya tidak berbeda dengan penentuan harga pokok di departemen awal yang telah dibahas dimuka. Perbedaannya karena di departemen lanjutan terdapat produk yang dibawa dari departemen sebelumnya, maka dalam pembebanan biaya produksi, perlu dihitung harga pokok rata-rata per unit dari produk yang berasal dari departemen sebelumnya.oleh karena itu masalah yang dijumpai di departemen lanjutan, disamping masalah produk dalam proses awal departemen yang bersangkutan, juga masalah produk yang berasal dari departemen sebelumnya.
Beberapa hal perlu diketahui dalam penentuan harga pokok produk di departemen lanjutan dengan metode harga pokok rata-rata tertimbang antara lain :
Dalam laporan produksi, unit produk dalam dalam proses awal memambah unit produk yang dimasukkan proses bulan ini sebagai unit produksi seluruhnya yang diproses bulan ini di departemen lanjutan.
Pembebanan biaya produksi di departemen lanjutan pada dasarnya tidak berbeda dengan pembebanan biaya produksi di departemen awal.
Jika ada tambahan bahan di departemen lanjutan yang menyebabkan tambahn unit, produk yang berasal dari departemen sebelumnya perlu disesuaikan perhitungan harga pokok per unitnya.
Harga pokok per unit rata-rata merupakan penjumlahan biaya per unit rata-rata dari setiap elemen biaya produksi, yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi (PDP awal + Biaya p Periode ini) dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi. Termasuk dalam elemen biaya produksi departemen lanjutan adalah harga pokok per unit produk dari departemen sebelumnya. (lihat rumus perhitungan biaya produksi per unit dibawah ini)
Harga pokok Per Unit Yang Berasal Dari Departemen Sebelumnya
HP PDP yang berasal Harga pokok selelasi
— HP Produk per unit berasal dari departemen yg berasal dari depar-
Yang berasal dari = sebelumnya + temen sebelumnya
dep. Sebelumnya unit PDP awal + unit produk yg berasal
dari dep sebelumnya
Harga Pokok Per Unit yang ditambahkan Di Departemen lanjutan
— BBB per unit = By. Bahan yg melekat Biaya bahan yang dikeluarkan
pada PDP awal + pada bulan ini
unit ekuivalen biaya bahan
BTK yg melekat By. Tenaga Kerja yg dikeluarkan
— BTK per unit = pada PDP awal + pada bulan ini
unit ekuivalen biaya tenaga kerja
BOP yg melekat By. Overhead pabrik yang
— BOP per unit = pada awal + dikeluarkan pada bulan ini
unit ekuivalen biaya overhead pabrik
Beberapa hal perlu diketahui dalam penentuan harga pokok produk di departemen lanjutan dengan metode harga pokok rata-rata tertimbang antara lain :
Unit ekuivalen harga pokok produk yang dihitung berasal dari departemen sebelumnya dihitung dengan cara menambahkan unit produk dala proses awal di departemen lanjutan dengan unit produk yang berasal dari departemen sebelumnya.
Unit ekuivalen biaya produksi yang ditambahkan di departemen lanjutan (BB, BTK, BOP), dihitung dengan cara menambahkan unit produk proses akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
Dalam perhitungan biaya, HP. Produk selesai ditransfer ke gudang/departemen lanjutan dihitung dengan cara mengalikan harga pokok per unit dengan unit produk selesai. Sedang dalam perhitungan harga pokok produk dalam proses (PDP)akhir, unit produk dalam proses akhir dikalikan dengan harga pokok per unit (dihitung untuk setiap elemen biaya produksi).
THE END
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
— Berbeda dengan metode harga pokok rata-rata tertimbang, penetuan harga pokok produk yang memperhitungkan produk dalam proses awal dengan metode MPKP, mempunyai anggapan bahawa biaya produksi bulan (periode) ini terlebih dahulu digunakan untuk menyelesaikan produk yang masih dalam proses pada awal bulan. Baru kemudian sisanya digunakan untuk menyelesaikan produk masuk proses dalamnya digunakan untuk menyelesaikan produk masuk proses bulan sekarang. Oleh karena itu perhitungan awal bulan diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Pembahasan MPKP dipisahkan menjadi dua, yaitu:
— Perhitungan departemen awal
— Perhitungan di departemen lanjutan
Perhitungan Harga Pokok di Departemen Awal
— Dalam laporan produksi, unit produk dalam proses awal menambah unit produk yang dimasukkan proses bulan ini sebagai unit produksi seluruhnya yang diproses bulan ini di departemen awal.
— Dalam pembebanan biaya produksi, harga pokok produk dalam proses awal (yang berasal dari bulan lalu) ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode ini. Harga pokok produk dalam proses awal tidak perlu dirinci untuk setiap elemen biaya produksi, karena tidsk dihitung harga pokok per unitnya.
— Harga pokok produksi per unit dihitung untuk biaya produksi yang dikeluarkan periode ini, yang merupakan penjumlahan dari biaya per unit setiap elemen biaya produksi periode ini. Biaya produksi per unit dihitung dengan cara membagi antara total biaya produksi yang dikeluarkan periode ini dengan masing-masing unit ekuivalentnya (tidak termasuk harga pokok proses awal).
— Unit ekuivalen dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Menghitung unit ekuivalen
— Unit ekuivalen dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Unit ekuivalen BB :
Unit PDP awal x (100% – tingkat penyelesaian BB pada PDP awal) + unit produk selesai x 100% + unit PDP akhir x tingkat penyelesaian BB pada PDP akhir.
Contoh:
UE . BB Dep A. = 800 (100% -100 ) + 7.000 (100% ) + 1.800 (100%) = 8.800
Menghitung unit ekuivalen BK
— UE Biaya Konversi :
Unit PDP awal x (100% – tingkat penyelesaian BK pada PDP awal) + unit produk selesai x 100% +          unit PDP akhir x tingkat penyelesaian BK pada PDP akhir.
Contoh :
UE. BK = 800 (100% – 40% ) + 7.000 (100%) + 1.800 (60%) = 8.560
— Dalam perhitungan biaya, harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. Lanjutan dihitung dengan cara menjumlahkanunsur-unsur biaya sbb:
Hp PDP awal xxx
By. Penyls. PDP awal yg dirinci setiap elemen by. xxx
HP produk dari bulan ini xxx +
Hp yg ditransfer ke gudang/dep. Lanjutan xxx
— Sedang dalam perhitungan Hp produk dalam proses (PDP) akhir, unit PDP akhir dikalikan dengan HP per unit yang dihitung untuk setiap elemen biaya produksi.

Seluruh Nafas Ini



SELURUH NAFAS INI

Sinar matahari pagi masuk lewat jendela kamarku. Karenanya aku terbangun, sambil menyipitkan mata, aku melihat jam di ponselku yang tergeletak dibawah bantal tempat ku tidur. “06.00” itu yang tertulis dilayar ponselku. Seakan tak memperdulikannya, aku kembali tidur . Sontak aku terbangun kembali sambil berteriak.
“ haaah, jam 6? Oh, aku bisa terlambat ” Aku bergegas menuju kamar mandi didekat dapur.
“ Kenapa aku gak dibangunin sih? ” kataku pada ibu sambil menyikat gigi.
“ Sudal berkali-kali, tapi kamunya aja yang gak mau bangun.”
“ huuuuhhh ”
“ eh, cepet banget mandinya? ” ucapnya lagi saat aku keluar dari kamar mandi.
Aku tak menjawab.
               
                Setelah aku mengenakan seragam putih abu-abuku, aku segera menuju ke ruang makan.  
“ Gak mandi yaa! ” Ejek ibuku, setibanya aku disana.
“ Hehehe… keburu telat nih, anterin donk! ” pintaku memanja.
“ hemb dasar, makanya besok-besok bangunnya itu lebih pagi. Untung ibu bisa nganterin kan, kalau lagi gak ada sepeda gimana hayo? ” jawabnya sambil mempersiapkan sarapan untuk ayah.
“ Iya dech, besok gak lagi ”
“ udah berapa kali kamu ngomong kayak gitu? Cuma ngomong doank kan, gak ada kerjanya ”
“ anak perawan kok malas!” ayahku menambahkan.
“ iya dech iya, ayo donk anterin dulu. Udah telat nih! ” 
“ iya ”

Setelah lama mendengar ocehan ibu dan ayahku, akhirnya aku berangkat juga, dan saat tiba disekolah, ternyata dugaanku benar, aku terlambat. Secepat mungkin aku berlari, tapi sia-sia, upacara sudah dimulai. Dan akibatnya aku harus menjalani hukuman karena keterlambatanku.

Berbaris menghadap bendera merahputih yang sudah berkibar diatas tiang sambil mengangkat tangan atau bisa juga disebut dengan hormat membuat kepalaku sedikit pusing akibat tidak sarapan tadi pagi. Tanpa sengaja aku menoleh kearah kiri, aku melihat segerombolan anak laki-laki didepan kelas mereka, aku mengamati mereka satu persatu dengan tangan masih terangkat keatas, siapa tau ada Naufal disana, dia pacarku, tidak lama ini sekitar 2 minggu yang lalu kami berdua jadian.
Ahaaa itu dia, aku menemukannya. Dia tersenyum melihatku, oh aku malu.

Satu jam pelajaran sudah selesai, anak-anak yang dihukum termasuk aku kembali ke kelas.
“Assalamu’alaikum” ucapku saat aku memasuki kelas.
“Huuuuuuuu” Sorak sorai teman-teman mengiringi langkahku menuju meja guru.
Bukannya menjawab salamku malah mengejekku. hmM? Sungguh sambutan yang tidak menyenangkan. Aku menyerahkan sebuah surat izin mengikuti pelajaran dan meminta ma’af atas keterlambatanku.
“Permisi”  Suara seorang pemuda yang sepertinya sudah tak asing lagi bagiku. Aku yang masih berdiri di depan meja guru, melihat dimana asal suara itu.
“Hach? Naufal?” Kataku lirih, dan hampir tidak terdengar siapapun. Dia melangkah mendekat, menatapku sambil setengah tersenyum. Sepertinya itu bukan tersenyum, tapi dia mengejekku. Dia meminta izin untuk memberi pengumuman di kelasku. Ya.., itulah tugas osis. Sambil berjalan menuju bangku ku yang paling belakang, aku mendengar sedikit bahwa dia memberi pengumuman tentang audisi band. Ah, aku jadi tertarik. Semangatku tinggi untuk mengikuti audisi ini, mungkin karena aku punya bakat bernyanyi, atau mungkin karena salah satu personil band tersebut adalah Naufal.

Sudah waktunya istirahat, aku berjalan dengan lunglai karena perut lapar menuju kantin.
“ Farah tunggu, aku ikut ” temanku Enny memanggilku sambil setengah berlari.
“ Tunggu donk,” ucapnya lagi sambil menepuk pundakku, lalu merangkulku.
“ Kamu laper ya, kog nesu banget? ” tanyanya lagi.
“ iya nih ”
“ ke kantin yuk! ”
“ Nah, ini mau ke kantin sayang ”
“ Hehehe.. ”
Sesampainya aku dikantin, aku melihat Naufal tengah duduk sendiri. Aku menghampirinya diikuti Enny.
“ hey ” bentakku membuat dia terkejut.
“ oh, hey “
Lama tidak ada yang berbicara diantara kami. Akhirnya Enny pergi entah kemana, mungkin merasa gak enak karena aku dan Naufal tidak saling berbicara sejak tadi, atau mungkin dia merasa gara-gara ada dia aku dan Naufal malu-malu untuk memulai berbicara.
“ mau kemana? “ Tanyaku pada Enny saat dia beranjak pergi.
“ Gabung sama, Febri. Daaaaa “  aku membiarkan dia pergi.

“ Mau pesan apa? “ Naufal memulai
“ Soto ayam sama Es Jeruk”
“ Oh, Ok! Soto ayam sama Es jeruk dua porsi ya bu!” Dia memesan.
Sambil menunggu pesanan, tak ada yang kami bicarakan, hanya saja jarak duduk antara kami semakin lama semakin dekat. Saat benar-benar berada di sampingku, dia mendekat ke wajahku dan berbisik ditelingaku sambil menahan tawa. Awalnya aku sedikit takut dan perlahan menjauh, karena aku tak tau apa yang akan dilakukannya.
“Kamu gak mandi, ya!!”
Seketika itu juga badanku terasa kaku, aku melongo. Ah, aku malu…!
“ Hehehe.. “ aku hanya bisa tersenyum.
“ Punya cewek kog jorok banget sih, sebel aku sama kamu. Mandi donk, malu-malu in aja.”
“ Jangan keras-keras donk, malu tau di denger anak-anak. “ sambil berusaha menutup mulutnya,
“jangan deket-deket, bau tau.”
“ Iiiihh, ya udah sana jauh-jauh ” kataku sewot.
Dia tak merespon, malah sibuk menuangkan sambal pada soto ayam pesanannya. Tanpa ada kata-kata, aku makan dengan menahan marah karna ejekannya tadi, sampai selasai makan aku langsung beranjak pergi.
“ eh, mau kemana? Bayar dulu nih “ ucap Naufal padaku.
“Enak aja, kamu yang bayar “ aku melesat pergi sebelum dia berbicara padaku lagi.
“ eh eh eh, tunggu-tunggu ” ucapnya sambil tergopoh gopoh mengeluarkan uang. Tapi aku tidak memperdulikannya, aku berlari meninggalkannya secepat yang aku bisa.

Aku duduk sendiri di bangku depan kelasku, dari sini aku melihat Naufal yang berjalan ke arah ku. Aku coba memalingkan muka, berusaha terlihat marah padanya agar dia mengeluarkan rayuan gombalnya yang biasa dia ucapkan ketika aku sedang marah. Karena lama tidak segera mendekat, aku menoleh untuk melihat apa yang terjadi. Oh, God! Apa yang dilakukannya dengan Santi disana?. Mereka berdua terlihat begitu akrab, aku melihat Santi menggandeng tangan Naufal dan mengajaknya pergi. Naufal menengok kebelakang, melihat  ke arah ku dan mengedipkan sebelah matanya.
“ Apa yang dia lakukan? Kenapa tak menghampiriku. Huuhh..” ucapku geram.
“ lho? Kog Naufal sama si Santi sih? “ Enny datang menghampiriku lalu duduk disampingku sambil memakan makanan kecil.
“ tau tuh “
“ hemb, dasar cewek kegatelan “
“ baru tau ya kamu? dari dulu kemana aja? “
“ hemb, kebiasaan dech, marahnya sama Naufal ngelampiasinnya ke aku “
Aku tak bisa menjawab,
“ samperin sana, dari pada penasaran “ kata Enny.
“ ikut aku ya! “
“ ok “ ucap Enny sambil mengangkat kedua jempolnya.
Tanpa berbasa-basi lagi aku segera bangkit mencari Naufal dan Santi, aku berjalan secepat yang aku bisa, secepat detak jantungku. Kutengok kanan kiri, aku sudah mencari disetiap tempat disekolah, tapi tetap saja aku tak menemukannya, aku sampai hampir menangis karenanya.

Aku sudah putus asa,aku mencoba menahan tangisku. Enny duduk di sebelahku sambil ikut-ikutan memasang muka sedih. Dan sekarang, waktu istirahat sudah berakhir. Aku tidak bisa kembali ke dalam kelas sebelum menemukannya, hanya itu yang ada difikiranku sekarang. Aku penasaran apa yang dilakukannya dengan Santi.
“ aku belum nemuin dia “ kataku kepada Enny sambil mengusap dahiku.
“ trus mau gimana? Udah masuk nih, ntar telat “
“ aku harus nemuin dia dulu “
Enny tak menjawab, mungkin dia tau apa yang aku rasakan sekarang. Seperti sedang mencari sesuatu, Enny meneliti keadaan sekitar.
“ eh, ituuu… ” katanya sambil menunjuk ke arah kanan kami.
“ mana? “ aku mencari.
“ heeemmmbb, itu tuh! “
“ mana? “
“ ituuuuu, tu tu “
Aku terdiam setelah menemukannya, aku menatapnya serius. Entah apa yang di bicarakannya dengan Santi sehingga mereka tertawa begitu girang. Tatapanku tetap tertuju padanya, entah apa yang ada di fikiran Naufal, tiba-tiba dia menoleh ke arahku, tepat dimana tempatku melihatnya. Senyumnya hilang begitu dia meneliti raut wajahku dari jauh. Dia menjauhi Santi, meninggalkan Santi. Dengan sigap Santi memegang tangan Naufal. Mengetahui hal itu aku segera beranjak menghampiri mereka, Enny mengikuti di belakangku.
“ apa yang kamu lakukan disini? “ tanyaku pada Naufal.
Naufal diam, dia menunduk. Aku melihat tangannya yang dipegang Santi, dengan segera Naufal berusaha melepaskan genggaman Santi. Aku beralih pandangan lagi ke wajah Naufal.
“ udah bosan sama aku? “ bentakku padanya.
Dia tak bisa menjawab. Tak terasa air mata mengalir di kedua pipiku.
“ jawab. udah bosan sama aku huh? Baru 2 minggu pacaran sama aku, udah punya yang baru? “ kataku lagi.
“ gak gitu.. aku… “
“ kenapa tadi gak nyamperin aku, malah pergi sama cewek ini, “ aku memotong jawaban Naufal.
“ kenapa?, kenapa?, kenapa? “ tanyaku berturut-turut.
“ jangan nangis, aku sama dia gak ngapa-ngapain kog “ dia menjawab.
“ trus, ngapain berduaan disini? “
“ dia yang…”
“ emang masalah? “ Santi memotong.
“ eh,…” belum sempat menjawab, Enny menyela.
“ eh, cewek kegatelan, ya jelas aja masalah, orang kamu di sini berduaan sama cowoknya Farah. “
“ apa kamu bilang? Cewek kegatelan? Jaga ya, mulut kamu “ Santi mulai terpancing perkataan Enny.
“ apa namanya kalau gak kegatelan? Oh, cewek perebut pacar orang? “
“ eh, apa kamu bilang? “
“ gak denger, ya! Cewek kegatelan, cewek perebut pacar orang “
“ huuuhh “ Santi bergerak maju menghampiri Enny, sepertinya akan membungkam mulutnya. Tapi buru-buru Naufal menghentikan.
“ udah, jangan gegabah. Nanti malah jadi masalah “
Santi memandangku menyelidik, dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“ jadi, ini cewek kamu? “ tanyanya pada Naufal. Naufal mengangguk.
“ hech! “ jawabnya meledek.
“ ngapain berduaan disini? “ aku mengulangi pertanyaanku.
“ aku gak ngapa-ngapain sayang “
“ bohong “
“ buat apa aku bohong? “
“ ah… “ aku perlahan mundur, dia menangkap tanganku. Tapi aku mengelak, aku berlari meninggalkannya.
“ Farah? “ Teriakannya masih terdengar di telingaku.

Aku masih terus berlari, aku benci padanya. Kenapa dia melakukan hal itu padaku. Lariku semakin lama semakin melambat. Enny menepuk punggungku sambil terengah-engah.
“ tung gu in a ku dong ! “ katanya sambil mengambil nafas.
Aku cuma diam,
“ hey, kamu kenapa? “ Tanya seorang laki-laki yang meghampiriku, aku tak menghiraukannya. Aku kembali kedalam kelas.
“ dia kenapa? “ tanyanya pada Enny,
“ lagi berantem sama Naufal. “ setidaknya itu yang aku dengar.
Setelah itu, aku sudah pergi jauh meninggalkan mereka berdua.
Aku sampai didepan kelas, di kelas sangat ramai, ternyata jam pelajaran sedang kosong. Aku duduk sambil meletakkan kepala dipangku kedua tanganku di atas bangku. Teman-teman yang dekat denganku, menanyai ada apa denganku. Aku bercerita tentang kejadian yang aku alami tadi di belakang sekolah bersama Naufal dan Santi. Banyak pendapat yang mereka keluarkan, itu masukan untukku. Salah satunya seperti ini.
‘ kamu gak boleh kabur gitu aja, selesain masalah kamu secepat mungkin ‘ dan ada yang seperti ini,
‘ gak apa-apa donk, itu buat mengukur seberapa sayangnya dia sama kamu, kita liat apa yang dia lakukan setelah ini. Memperbaiki masalah atau malah sebaliknya. ‘
Aku lebih suka pendapat yang kedua, aku akan lihat, apa yang akan dilakukan Naufal setelah ini.

Setelah lama berbicara, Enny datang. Melihatku curhat dengan teman-teman, dia pergi lagi, entah kemana. Kerena mereka juga membagi pengalaman mereka masing-masing tentang cinta, aku jadi tertarik dan tidak memperdulikan Enny. Ini cukup menghibur hatiku, setidaknya untuk sementara.

eee

Dan sekarang jam pulang sekolah, aku ingin cepat-cepat pulang kerumah. Membasahi tubuhku dengan air dan berendam dibak mandi, ah, pasti enak karena sudah seharian ini aku tidak mandi. Aku segera beranjak pergi, menuju gerbang dan meninggalkan sekolah. Aku berjalan menuju halte, aku sudah terbiasa pulang sendiri. Seperti sudah melupakan kejadian dengan Naufal dan Santi, aku berjalan dengan girang. Tanpa diduga, Naufal ada disana, di halte tempat biasa aku menunggu angkutan umum.
“ mau aku anter pulang? “ tanyanya padaku saat aku duduk disampingnya.
“ gak usah, makasih. “ jawabku sinis.
“ masih marah? “
Aku menatapnya geram, lalu beralih pandangan.
“ hemb, jadi bener masih marah nih? Tadi kan aku udah bilang kalau aku sama Santi…..”
“ Ssssttt, gak perlu dibilangin lagi. Aku gak butuh. “
“ kog gitu “
“ biarin “
Dia mengambil nafas sejenak, lalu berfikir. Kami berdua diam.
“ aku sama Santi cuma sekedar temen “
“ temen kog sampe’ berduaan gitu? “
“ dia tadi ngajak aku, dia bilang mau nemuin wahyu di ruang osis. Tapi ternyata malah kebelakang. “
“ kenapa kamu gak nolak, “
“ aku kan gak tau “
“ kenapa bisa gak tau? Udah jelas kan? “
“ ya gak tau. Aku fikir mau ke mana dulu gitu “
“ alasan “
“ enggak, beneran enggak “
“ kalau gitu, kenapa kamu gak ninggalin dia? “
“ dianya gak mau “
“ kan bisa alasan, udah ada janji sama aku atau gimana. “
“ memangnya fikiranku sedangkal itu? “ sombongnya udah mulai keluar.
“ trus? “
“ aku juga udah mencari berbagai alasan kog “
Aku diam, angkutan umum sudah berhenti di depanku. Aku ingin berdiri dan segera masuk kedalamnya, buru-buru Naufal mencegahku.
“ pulang bareng aku aja “
“ gak usah repot-repot “
“ eh gak papa “
“ gak, makasih “
“ ntar uangnya bisa ditabung “
“ gak usah “
“ Faraaah? “
Tubuhku seketika lemas, inilah kelemahanku jika dia berada di depanku. Aku tidak pernah bisa menunjukkan kemarahanku padanya setelah aku menatap wajahnya. Marahku selalu hilang tiap kali aku melihat senyum manisnya. Dia selalu bisa membuatku merasa lebih baik, saat aku sedang merasa gundah dan dirundung banyak masalah.

Angkutan umum yang tadinya berada di depanku sekarang sudah pergi. Memang aku sudah memutuskan pulang bareng dengan dia. Aku fikir masalahku dengan dia cukup sampai disini saja, aku percaya padanya kalau dia dan Santi memang tak ada hubungan apa-apa.
“ langsung pulang nih? “ tanyanya saat aku dan dia sudah diperjalanan pulang.
“ apaaa?? “ aku bertanya, karna suara di sekitar kami sangat ramai.
“ mau langsung pulang? “ dia mengulangi pertanyaannnya dengan sedikit berteriak.
“ oh.. ya iyalah “
“ gak mau mampir dulu. “
“ gak usah, “
“ kenapa ? “
“ gak kenapa-kenapa “
“ makan dulu yuks! “
“ besok aja dech, aku mau mandi nih, gerah! “
“ aku tungguin “
“ gak usah, besok aja “
Dia diam, sampai di depan rumahku.
“ yakin gak mau keluar? “ pertanyaannya meyakinkan.
“ yakin “
“ emhb, “
“ besok aja, yaa! daaa “ sambil mencubit hidungnya, aku berlari masuk rumah.
Kudengar suara motornya yang melaju meninggalkan rumahku. Ada sedikit rasa sesal memang, tak bisa pergi makan sama dia, habis mau gimana lagi, aku udah gak punya rasa percaya diri dengan bau badanku akibat gak mandi dari tadi pagi.

                Ku istirahatkan sejenak tubuhku setelah mandi, lalu beranjak ke ruang makan. Ibuku sedang tertidur, ayahku masih belum pulang dari bekerja. Sambil melahap sesuap nasi, aku masih menyesal karna menolak ajakan kekasihku untuk pergi makan berdua.
“ udah pulang? “ suara ibu yang datang tiba-tiba mengejutkanku.
“ emb, udah “
“ kalau udah selesai, beresin ya! “
“ siap “

Ibu sengaja tidak memanggil pembantu, katanya ibu sih itu tidak perlu, dengan sedikit bantuanku sudah cukup membuat rumah terlihat indah dan bersih setiap saat. Hanya aku dan ibu, karena aku adalah anak pertama dan terakhir, bisa dibilang anak satu-satunya. Rumahku tidak cukup luas dan megah tapi cukup indah dan nyaman untuk dihuni. Beginilah kegiatanku dan ibu setiap sore, membersihkan rumah dan halaman, dan juga merawat kebun. Ibu suka sekali bunga, aku juga. Disetiap ruangan rumah kami selalu ada bunga yang menghiasi ruangan itu. 

                Sudah beranjak malam, saatnya aku membuka lembaran-lembaran bukuku dan mengerjakan tugasku. Tiba-tiba ada suara motor parkir didepan rumahku, ah aku tidak peduli. Mungkin itu teman sekantor ayahku. Setelah beberapa menit kemudian, ibuku datang mengetuk pintu. Sambil melongok melihat ke kamarku, ia memberitahuku bahwa ada seorang pemuda yang mencariku.
“ ada temen kamu, tuh “
“ siapa? Enny? Suruh pulang aja. Aku capek “
“ bukan, cowok “
Ah, cowok. Pasti itu Naufal, ada apa ya dia datang ke rumahku.
“ ya udah, suruh tunggu sebentar “
Setelah ibu menutup pintu dan pergi, aku segera ganti baju dan membenahi tatanan rambutku. Aku berjalan kegirangan. Sambil berfikir apa yang akan dia katakan padaku. Atau mungkin dia akan mengajakku pergi.

Akan tetapi, air mukaku berubah saat aku tau siapa yang datang menemuiku. Dia Zura, teman satu sekolahku juga. Cowok yang tadi sempat menanyaiku setelah kejadianku dan Naufal tadi di belakang sekolah. Rasa dag dig dug di hatiku hilang seketika, saat aku tau bukan Naufal yang datang menemuiku.
“ eh kak, ada apa? “ tanyaku setibanya aku di dekat sofa. Aku memang memanggilnya kakak, sejak SMP aku sudah memanggilnya seperti itu.
“ ah, enggak. Cuma mau maen aja. Eh, malam ini ada acara gak? Keluar sama kakak yuk? “ belum sempet menjawab, udah di borong dengan pertanyaan selanjutnya.
“ gak ada sih. Emang mau kemana kak? “
“ jalan-jalan aja, yuk! “
Aku hanya mengiyakan. Setelah aku dan Zura berpamitan kepada kedua orang tuaku, kami berjalan kaki mengelilingi beberapa blok di perumahan tempatku tinggal.

                Berjalan tanpa arah dan tujuan, mungkin itu yang sedang kami lakukan. Tak ada yang mengawali pembicaraan di antara kami. Saling memandang dan tersenyum, malu-malu.
“ so..? “ aku memulai.
“ so what ? “
“ is not nothing to talk about? “
“ no, I still think “
“ emmb, ok. I’m waiting. Please, hurry up. I started to get bored because we’d been talking “
“ ok, never mind. Just speak the English Leanguage. This is too formal. “
“ who started it? “
“ yes, I am. Enough. “
“ ok “

                Setelah itu pun kami tetap tidak berbicara sepatah katapun. Apa aku yang harus selalu memulai?
“ why are you silent? “
“ I’m thinking ”
“ apa yang sedang kamu pikirkan? Ungkapkan saja, kak “ aku menyudahi percakapan bahasa inggris kami.
“ aku ingin bertanya sesuatu. Kenapa tadi kamu menangis? “
“ no reason “
“ please, tell me “
Aku hanya mengambil nafas.
“ apa yang terjadi antara kamu dan Naufal? ” ia bertanya lagi.
“ nothing “
“ antara kamu, Naufal dan Santi. “ ia melihatku serius, bagaimana ia tau kejadian itu?.
“ bagaimana kakak bisa tau? “
“ aku…. “
Setelah ia bekata bahwa ia tidak bisa memberitahukan siapa yang memberitahu tentang kejadian di belakang sekolah tadi, aku mengancamnya. Kalau ia tak memberitahukan siapa yang memberitahunya, aku akan meninggalkannya disini dan tak akan menjawab sapaannya lagi.

                Dia tetap bersikeras. Seketika itu juga aku berbalik kebelakang dan melangkah pergi menjauhinya, memang dikiranya aku main-main?. Akan tetapi, tiba-tiba dia memanggilku, dan meneriakkan nama Enny. Kenapa? Hemb, ancamanku berhasil. Ternyata Enny yang menceritakan semuanya, memang akhir-akhir ini mereka berdua terlihat begitu akrab, mungkin itulah sebabnya aku dan Naufal juga sering jadi bahan pembicaraan mereka berdua.

                Sudah terlalu jauh kami berjalan, aku merasa lelah. Aku mengajaknya duduk di pinggir jalan. Tapi dia menolak, dia terus menggandeng tanganku hingga kami berada di depan kedai nasi goreng.
“ ayo kita makan “ dia mengajakku. Aku menepuk-nepuk sakuku, saku depan, saku belakang, saku baju, saku jaket. Tak ada uang sepeserpun di dalamnya. Aduh, bagaimana aku bisa lupa membawa uang? mungkin karena aku terlalu bersemangat sebelum aku tau Zura yang datang menemuiku.
“ emb, enggak deh kak. Aku mau pulang saja. “
“ kenapa? Ayo donk! “ dia memaksa, aku bingung mau beralasan apa.
“ aku gak bawa uang, kak. “ dan akhirnya, aku berkata dengan jujur.
Zura tertawa begitu girang, melihatku sejenak lalu tertawa lagi.
“ udah, aku traktir “ katanya, setelah dia berhenti tertawa.
“ gak usah, makasih “
“ ayo dong! “ dia menarik tanganku, sampai kami berdua masuk dan duduk di kedai itu.
Dia memesankan makanan untukku. Saling menatap sambil tersenyum malu.
“ tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan? “ aku memulai.
“ jawab dulu pertanyaanku, apakah kamu sudah putus sama Naufal?”
“ kalau iya, memangnya kenapa? “
Dia mengambil nafas sejenak, “ dengerin aku, aku suka sama kamu. “

Aku hanya bisa melongo. Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?. Tak lama kemudian makanan pesanan kami datang, nafsu makanku hilang seketika itu juga. Aku hanya memandangi nasi goreng yang sekarang ada di depanku ini. Aku benar-benar ingin meninggal Zura detik ini juga. Keringat dingin keluar dari tubuhku, entah apa yang terjadi padaku saat ini. Rasanya jantungku berdetak sangat kencang, seperti ingin lepas dari tempatnya. Seandainya saja tadi aku tidak mengatakan iya, pasti semua tak akan jadi seperti ini. Kerena memang kenyataannya aku tidak berpisah dengan Naufal. Aku tak berani menatap wajahnya sekarang, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan dan katakan padanya?.
“ seandainya aku tadi tidak mengatakan hal ini. “ katanya sambil tersenyum.
Aku membalasnya dengan senyum, karena aku tak tau apa yang harus aku katakan.
“ kumohon, anggap semua ucapan yang baru saja keluar dari mulutku ini tidak pernah kau dengar. “ katanya sekali lagi.
“ tidak semudah itu “
“ kau belum mencobanya “ dia meyakinkanku.
“ tapi,…. “
“ sudahlah, jangan bahas masalah itu lagi.” Dia memotong perkataanku. Kenapa dia tak menanyakan bagaimana perasaanku padanya ya!, mungkin dia sudah tau jawabannya lewat sikapku.

                Sampai kami selesai makan pun tak ada yang berbicara diantara kami. Aku jadi merasa tidak enak padanya, mungkin sikapku terlalu dingin menanggapi hal ini. Sambil berjalan pulang, berulang kali aku memandang wajahnya, dia tampak nesu dan tidak bersemangat. Mukanya ditekuk, dan terus tertunduk. Aku mengambil nafas panjang dan mulai berfikir.
“ sorry “ aku memulai.
“ for what? “
“ for anything “
“ kamu tak melakukan kesalahan apapun “
Aku tak bisa menjawab.
“ said, something “ aku memulai lagi.
Dia hanya menggelengkan kepala.

Dia masih tak mau bicara, sampai di depan rumahku. Dia menanyakan orang tuaku, sayang mereka sudah tidur. Dia berpamitan pulang, hanya itu yang dia katakan bahkan dia tak menatapku. Apa yang sebenarnya dia pikirkan?, seharusnya aku yang melakukan hal itu, bersikap dingin di depannya, bukan malah sebaliknya.

eee

Aku masih terbayang kejadian semalam, masih terus memikirkannya. Ada sedikit rasa menyesal di hatiku, tapi aku rasa itu tak perlu. Kalau memang ada rasa menyesal, rasa itu tak berguna. Karna hatiku memang sudah ada yang memiliki. Terdiam dan hanya diam, itu yang aku lakukan sepanjang hari ini. Sambil sesekali memperhatikan guru yang sedari tadi menerangkan materi kepada kami, tanpa menangkap satupun ucapan beliau.

Tatapanku masih kosong. Enny yang duduk sebangku denganku, tiba-tiba meremas tanganku dengan pandangan lurus kearah guru yang sedang menerangkan itu. Aku melihat tanganku yang diremas olehnya lalu menatapnya geram.
“ apa yang terjadi denganmu? “ tanyanya lirih padaku, karena takut suaranya terdengar oleh guru.
“ jangan banyak bicara, dengarkan guru menerangkan. “ aku membentaknya, namun dengan volume yang pelan. Dia diam dan melepaskan tangannya dariku.

                Lama.. masih dengan pandangan kosong. Tiba-tiba bel istirahat berbunyi, Enny mengajakku ke kantin tapi aku menolak. Dia terus merayuku,,
“ ayolah, mungkin di sana bisa bertemu Naufal “
“ aku malas. Pergi saja sana sendiri “
Tak kusangka, dia benar-benar pergi, padahal aku ingin menceritakan kejadian tadi malam dengan Zura.

                Di dalam kelas tak ada siswa satupun. Aku memutuskan untuk keluar. Sampai aku didepan pintu, aku melihat Enny berjalan beriringan dengan Zura. Wajahnya tampak bugar, bersemangat dan penuh energy, begitupun Enny, senyum yang diperlihatkannya kepada Zura begitu manis, kemungkinan besar dia menaruh hati pada Zura. Saat Zura menyadari keberadaanku, raut mukanya berubah, dia berkata sesuatu pada Enny lalu pergi. Rasa bersalah ini muncul lagi, apa artinya ini? Sambil menggeleng-gelengkan kepala aku berfikir. Tidak, ini tidak boleh terjadi.
“ hey “ sapa Enny, saat dia berdiri di depanku.
“ hey “ balasku.
“ aku ingin bercerita sesuatu,” katanya lagi.

                Aku mendengarkannya dengan seksama, sama seperti saat dia sedang mendengarkan aku bercerita. Dia mengakui semuanya, mulai dari awal kedekatannya dengan Zura sampai saat ini, sampai saat dia duduk di depanku, dan satu hal lagi bahwa dia suka dengan Zura. Aku tersenyum gembira mengetahui bahwa sahabatku ini akhirnya bisa jatuh cinta juga. Aku menyorakinya, mecubit kedua pipinya dan dengan penuh semangat berkata bahwa dia harus mengungkapkan perasaannya pada Zura, pasti tidak akan mengecewakan.

 Seharusnya itu tak begitu penting bagiku dan bukan suatu masalah besar bagiku. Tapi aku tak bisa menutupinya, rasa sesak didadaku yang makin lama makin sakit saat Enny menceritakan tentang Zura. Akankah aku juga mulai suka padanya, sejak kejadian tadi malam?. Enny tersenyum malu, dia meremas remas selembar kertas dengan penuh semangat sambil berkata. “ apa yang harus aku lakukan dengan rasaku ini? ” Aku tak bisa berkata apa-apa, mungkin lebih tepatnya tak mau berkata apa-apa. Mengingat aku sendiri juga terjebak dalam cinta yang begitu rumit.

Mukanya semakin bersemu merah, aku tidak tega melihat sahabatku ini, ingin aku ceritakan yang sebenarnya tapi aku takut akan merusak suasana hatinya. Aku harus berbuat apa? Aku harus bagaimana?.

eee

Akhirnya hari-hari di sekolah berakhir juga, sambil menelentangkan badanku di tempat tidur tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada pesan dari Naufal, ah iya aku tidak malihatnya seharian ini. Aku membuka pesannya.
Aku tau kamu bukan Cinderella, yang harus aku cari dengan sepatu kaca.
Aku tau kamu bukan Putri tidur dibalik semak berduri.
Akupun tau kamu bukan Dewi Shinta yang harus digapai dilangit.
Namun kau adalah seorang Putri yang ada di istana hatiku.
`-_-                         

 Aku tersenyum, membacanya berulang-ulang. Ini juga yang aku suka darinya, dia puitis dan romantis. Tak ingin kalah darinya, aku membalas pesannya.
Aku tau kamu bukan Harry Potter, yang bisa bawa aku keliling dunia dengan sapu terbangmu.
Aku tau kamu bukan Aladdin, yang bisa jemput aku dimana dan kapan saja dengan permadani  terbangmu.
Aku tau kamu bukan penyihir yang bisa mengabulkan semua permintaanku.
Yang aku tau,, kamu adalah orang pertama yang bisa buat aku mengenal cinta.
 J 

                Aku berfikir, mungkin di situasi ini aku serba salah. Aku salah karna aku tidak bisa berkata jujur kepada Enny tentang apa yang terjadi antara aku dan Zura. Aku salah karna aku telah menyakiti Zura. Aku salah karna aku telah membagi cinta Naufal dengan Zura. Aku memang selalu saja salah.

                Aku melamun lagi, aku tak tau ibuku duduk disampingku, aku bahkan tak tau kalau ibu membawa dan melihat-lihat isi ponselku.
“ ada pesan dari Naufal ” kata ibuku, membuyarkan lamunanku.
“ sejak kapan ibu disini? “ tanyaku pada ibu, ibu hanya mengangkat bahu.
“ lagi banyak masalah ya, sayang? “
“ ya, begitulah. “
“ coba, ceritakan pada ibu. “

Hanya ibu satu-satunya tempatku mencurahkan isi hati, selain para sahabatku tentunya, aku bahkan pernah berfikir bagaimana kalau ibu tidak disampingku lagi. Pasti aku lebih cepat frustasi. Atau bahkan nasib anak-anak yang sudah tak memiliki ibu. “Bersyukurlah, sayang. Walaupun kamu banyak kekurangan tapi kamu punya apa yang mereka tidak punya. “ itu yang selalu ibu katakan padaku.

Aku bercerita, tentang semuanya. Semua permasalahanku dengan Zura, Naufal, Enny dan juga Santi. Di sela-sela ceritaku, ibu memberiku nasihat. Tapi, hanya 1 nasihat yang bisa aku cerna sejauh ini. “ selesaikan masalahmu dengan bijak. Tidak selamanya berbohong itu menyelesaikan masalah. Cari waktu yang tepat untuk membicarakan ini semua, kalau perlu realisasikan dengan orang yang terlibat dalam masalah ini.” Ini membuatku jauh lebih baik.

eee

Sehari, dua hari, tiga hari, empat hari. Naufal dan Zura tak terlihat batang hidungnya, aku jadi cemas akan mereka berdua, terlebih lagi Naufal. Dia tak memberiku kabar apapun, sudah aku coba menghubunginya, namun ponselnya tidak aktif.

eee

Hari ini Enny tidak masuk sekolah, dan sampai selama ini aku masih belum bisa menyelesaikan masalahku dengannya. Aku berjalan menuju kantin, berharap Naufal ada disana. Ku tengok kanan kiri setibanya aku disana, tak ada, dia tak ada di sana. Aku duduk di meja paling pojok. Sambil menikmati Nasi Pecel yang baru saja hadir di mejaku, aku masih meneliti keadaan sekitar, mungkin saja Naufal baru datang atau aku tidak melihatnya. Sampai tak sedikitpun makanan tersisa di piringku dan tak ada setetes airpun di gelasku, Naufal juga masih belum terlihat.

Aku segera beranjak dari tempatku duduk, begitu aku berdiri, aku mendengar gelak tawa dari luar. Aku tau itu suara Naufal. Segera aku berlari menuju asal suara, begitu bahagianya aku melihat itu memang benar-benar Naufal. Kugandeng tangannya, dan segera kuajak pergi. Di tempat yang sepi tentunya, aku melepaskan tangannya, mundur beberapa langkah. Aku diam.
“ apa? “ tanyanya.
Begitu dia selesai berucap, aku langsung memeluknya erat sambil menangis dan berkata.
“ kamu kemana aja? “
“ aku disini, sama kamu. “
“ kamu menghilang. Kamu kemana? “
“ aku gak kemana-mana, aku disini, “
Aku melepas pelukanku, menatap wajahnya dan memeluknya lagi.
“ jangan pergi lagi, “
Dia membalas pelukanku dan berkata. “ ya “

Kami pulang bersama, entah kenapa saat aku bersamanya rasanya semua bebanku jadi hilang. Tenang rasanya ada di dekat dia. Kami berhenti di taman pusat kota, kami berdua duduk disana. Dia membelikan sebuah minuman untukku. Tertawa dan bercanda, kupikir hari ini masalahku menghilang untuk sementara, pada awalnya. Tapi semuanya malah bertambah ketika aku mendengarkan dengan jelas apa yang dikatakan Naufal.
“ beberapa hari yang lalu, aku kerumahmu. Tapi kamu gak ada. “
“ kapan? “
“ malam itu, saat kamu pergi dengan Zura. “
Seketika itu juga jantungku berdegup kencang. Aku tak tau harus beralasan apa padanya.
“ apa kau akan berkata, dan menyuruhku untuk tidak cemburu? “ katanya padaku. Aku diam.
“ mungkin begini rasanya saat kau melihatku pergi dengan Santi. “ katanya lagi. Aku menatapnya dengan ekspresi bingung.
“ apa yang kau bicarakan dengannya? Apa kau bilang kita sudah putus? “
“ ah, tidak. Aku tidak pernah mengatakan itu. “
“ kau mengatakannya, “ dia membentakku
“ sungguh aku tak bermaksud untuk… “
“ ayo kita buat ucapanmu itu jadi nyata. “ dia menyela.
“ apa? ”
“ apa kau tidak mendengarnya? Ayo kita buat ucapanmu jadi nyata “
“ dengan alasan apa kau katakan itu kepadaku? Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku sudah putus denganmu. Sungguh aku masih sayang padamu, “
“ sudahlah, mungkin hubungan ini harus segara berakhir “
“ apa ini gara-gara Zura? “
“ mungkin “
Aku tau kata mungkin itu bukan berarti iya, dan pasti ada masalah lain.
“ atau kau suka pada Santi? “
“ dia selalu ada, dan selalu mengerti aku. Apa aku salah menemukan yang lebih baik darimu.? ”
“ fal kau.. kau tega sakiti aku? “
“ ayo, aku antar kau pulang”

                Sambil menahan tangis, aku duduk dibelakang motornya. Aku ingin mengusap rambutnya, dan memeluknya. Tapi, aku bukan siapa-siapanya lagi, aku bukan pacarnya lagi sekarang. Sampai didepan rumahku, begitu aku turun dari motornya, ia langsung melesat pergi, tanpa mengucapkan kata perpisahan. Aku selalu ingat saat seperti ini dia pasti mengucapkan. ‘ aku pulang dulu, ya! ‘ atau bahkan ‘ kamu masuk dulu, baru aku pergi ‘. Tapi sekarang kata-kata itu hanya menjadi kenangan yang membebani fikiranku. Cinta, kenapa selalu saja menyakitkan.

                Aku berbaring ditempat tidurku. Naufal, dan Naufal yang ada difikiranku sekarang. Kenapa dia begitu tega menyakitiku, baru sekitar 3 minggu aku mendapatkan cintanya tapi sekarang dia meninggalkanku. Aku menjelajahi masa laluku, saat aku baru saja mengenal Naufal, dia temanku semasa SD. Dia sahabat baikku, dan aku suka pada sahabatku itu. Walaupun dia tau aku suka padanya, dia tetap tak mau menjadikan hubungan kami lebih dari sekedar sahabat. Tapi, dia selalu ada untukku, menemani hari-hariku meskipun hanya sekedar sahabat.

                Sampai pada akhirnya semasa SMP, walaupun tidak satu sekolahan dengannya. Tapi dia masih sering menghubungiku, aku dan dia sering berbagi pengalaman. Rasa sukaku padanya bukan sekedar cinta yang semu, sampai saat itu pun aku masih memendam rasa suka padanya. Dia pernah bilang padaku bahwa, dia tak pernah ingin menjadikan aku sebagai pacarnya karna dia takut akan menyakitiku, dan akan selalu menyakitiku bukan malah membuatku bahagia seperti banyak orang yang berpacaran pada umumnya.

                Sampai saat aku memasuki masa SMA, dan kesempatan untuk bersamanya ada lagi sekarang. Awalnya bukan hal yang mudah bagiku untuk meyakinkannya bahwa dia tak akan mudah menyakiti seorang perempuan yang tegar dan tidak cengeng. Sulit dan sangat sulit, setelah 2 tahun aku meyakinkannya, aku sudah hampir lelah menunggu. Tapi akhirnya, dia menyatakan cintanya kepadaku, dulu. 3 minggu yang lalu, tepatnya. Penantian yang melelahkan bagiku. Dan sebentar lagi, aku akan lulus dari sekolah ini. Tak adil rasanya, karena penantianku yang panjang ini serasa tidak sebanding dengan masa pacaranku dengannya yang hanya 3 minggu.

                Aku masih menangisinya, tak henti-hentinya. Aku tak boleh menangis hanya karena ini. Pikirku seketika. Aku bangun dan mengambil semua barang yang pernah Naufal berikan padaku. Boneka, kalung, baju dan semuanya. Aku meletakkannya di sebuah kardus kecil, lalu meletakkannya di sudut ruangan kamarku. Aku memang tidak berniat membuangnya, karena itu terlalu berharga. Aku hanya menyimpannya agar aku tidak melihatnya, mungkin saja suatu saat nanti barang itu di butuhkan.

eee
               
                Sabtu pagi ini, aku datang lebih pagi. Aku berniat menceritakannya pada Enny, semuanya, juga termasuk persoalan tentang aku dan Zura. Dia baru saja tiba, dia duduk di sebelahku.
“ tumben datang nya pagi? “ itu sapaan pertamanya. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
“ aku mau cerita sama kamu. “ dia memulai.
“ aku juga “
“ jadi gimana? Aku dulu apa kamu dulu? “
“ kamu aja dulu.. “
“ ok “
Mulailah ia bercerita, persis seperti dugaanku, ia bercerita tentang Zura. Tapi, dia membuatku terkejut saat dia katakan padaku bahwa, Zura suka padaku.
“ hah? “ suaraku menggelegar. Semua anak di ruangan kelasku memperhatikan kami. Aku Cuma senyum-senyum melihat mereka.
“ aku sama sekali tidak terkejut, karna memang di setiap kesempatan, dia selalu saja menanyakan tentang kamu. Jadi aku tanya saja padanya. And him said yes. “

                Aku tertunduk nesu. Aku bertanya padanya, Apakah dia tidak marah padaku. Dia hanya tersenyum. Tanpa basa-basi lagi, aku juga menceritakan tentang aku dan Zura, juga aku dan Naufal. Dia tersenyum lagi.
“ mungkin aku dan Zura memang tidak ditakdirkan untuk bersama “ kata Enny.
“ dan mungkin aku dan Naufal juga tidak ditakdirkan untuk bersama “
“ tapi kau dan Zura, mungkin bisa.. “
“ rasaku lebih dalam pada Naufal “
“ aku ingin melihatmu bersama Zura “
“ aku tak ingin menyakitimu “
“ I’m okay “
“ aku tak suka padanya, just Naufal “ aku berusaha mengelak.  

                Dia memegang tanganku sambil tersenyum. Dia sahabat yang baik, menurutku. Aku memang tidak sepenuhnya tau bagaimana perasaan dia yang sebenarnya. Tapi sebagai seorang teman, aku tak mungkin tega memiliki seseorang yang dia sukai, walau hanya sebagai pelampiasanku saja karena tidak bisa mendapatkan Naufal. Sungguh malang nasib kami berdua, tapi sekarang semua keputusan ada ditanganku. Aku yang memegang kendali masalah ini, dan aku juga yang harus mengklarifikasi semua masalah ini.

                Semua siswa yang berminat untuk mengikuti audisi band berkumpul di depan ruang osis. Aku dan Enny sudah ada disana saat ini. Banyak juga yang berkumpul, berapa band yang akan di ambil ya?.
“ kita kesini, daftar sebagai vokalis? “ Tanya Enny padaku.
“ tentu saja “
Dia hanya membalasnya dengan anggukan. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku menoleh kebelakang.
“ Zura? “
“ ayo menepi. “ katanya. Dia mengajakku dan Enny keluar dari kerumunan.
“ mau ikut audisi band ya? “
“ iya kak, Enny juga. “
“ oh,, gimana kalau gabung sama grup band aku aja. Kita lagi butuh vokalis nih! “
“ wah, boleh juga tuh. Tapi, aku gak deh. Gimana kalau Enny aja, aku mau gabung sama bandnya Naufal.“ aku mengelak.
“ oh, Naufal ya! “ balasnya nesu.
“ ya, udah ya, aku cari Naufal dulu. “
“ loo, kog pergi.. kamu kan… “ kata Enny, saat aku bersiap-siap untuk berdiri. Mungkin karena dia tau, aku gak mungkin mencari Naufal.
“ daaa…….. “ aku berlari sambil melambaikan tangan.

                Aku berhenti, dan menyandarkan diriku di dinding dekat pendaftaran. Aku sendiri sekarang. Dan apa yang harus aku lakukan sekarang?. Ternyata, hanya band yang lengkap personilnya yang boleh mendaftarkan diri. Ada sedikit rasa menyesal karena menolak ajakan Zura, tapi mau bagaimana lagi aku merasa tidak enak pada Enny. Apalagi sekarang, aku dan Naufal baru saja putus, malu rasanya tiba-tiba mengajaknya bicara untuk memasukkanku kedalam bandnya. Tapi, dia satu-satunya harapan ku. Hemm? Apa yang harus kulakukan?.

                Aku memutar-mutar ujung rambutku yang tergerai. Aku melihat Naufal berjalan dari arah kanan, di susul Santi dibelakangnya. Rasa cemburu masih ada di dalam diriku. Aku terus melihatnya dengan wajah cemas, tak peduli walaupun dia membalas tatapanku. Sampai di depanku dia berhenti. Sambil memasukkan tangannya ke dalam saku, dia bertanya padaku.
“ apa yang kamu lakukan disini? “
Aku menggelengkan kepala. Santi yang berdiri di hadapannya pun ikut berbicara.
“ aku tunggu kamu di sana ya! “
“ ya “
“ bagaimana hubunganmu dengannya? “ aku bertanya padanya, setelah Santi pergi menjauh.
“ menurutmu? “
“ pasti berjalan dengan baik kan? “
Dia tersenyum. “ bagaimana kamu dengan Zura? “
“ sudah ku katakan padamu, aku tak ada apa-apa dengan dia. “
Diam dan berfikir sejenak. “ sudah dapat grup band? “
Aku menggeleng.
 “ bagaimana kalau kamu join sama grup band ku.? “
“ hemb, tidak terima kasih “

                Sesegera mungkin dia pergi, setelah mendengar jawabanku. Apa yang aku lakukan? Aku menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa menjadi vokalis di acara perpisahan sekolah ku nanti.  Aku melihatnya menghampiri Santi, tak tau apa yang mereka katakan. Aku berfikir, berfikir lagi, terus berfikir. Apa aku akan mencabut jawabanku tadi dan memohon agar dia mau memasukkanku ke dalam bandnya itu?. Ya, akan kulakukan. Aku berjalan ke arahnya dengan juntai. Saat aku hampir mendekatinya, seorang personil bandnya, datang menghampiri dan menetapkan Santi sebagai vokalisnya. Ah, aku benci ini.

                Rasa malu ku hilang entah kemana, aku tetap berjalan ke arahnya sampai berada tidak jauh di sampingnya. Zura dan Enny datang, dan Zura bertanya.
“ bagaimana,? apakah kau sudah meminta Naufal untuk memasukkanmu ke dalam bandnya? “
Aku merasa seperti terasingkan, aku menatap mereka semua, begitu juga sebaliknya, mereka juga menatapku. Aku melihat Enny, dia mengeluarkan ekspresi seperti bertanya kepadaku, apakah itu benar?. Aku malu, aku bingung, semuanya diam menatapku. Aku berjalan mundur lalu pergi. Sambil menahan rasa malu, aku berjalan menuju kelasku. Oh, tuhan, bantulah aku menyelesaikan semua ini. Bantulah aku untuk mewujudkan apa mauku, untuk mengisi acara terakhir yang akan aku lihat di sekolahku ini.

                Aku masih berjalan, tiba-tiba Enny berada di sampingku. Dia diam karena memang aku juga diam, dan mungkin dia pikir aku tidak menyadari keberadaannya.
“ apa? “ kataku tiba-tiba.
“ ah, kau tau ya! “ katanya sambil mencoba menghiburku.
“ jangan sedih “ katanya lagi.
“ aku baik-baik aja kog, aku gak sedih. “
“ Zura kan gak tau, makanya dia ngomong kayak gitu. “
“ aku gak nyalahin Zura, tapi… “
“ tapi? “
“ tapi memang dia yang salah. “
“ ma’afin dia yak? “ katanya sambil memohon.
“ demi kamu, akan ku lakukan. “
Dia hanya tersenyum.

eee

                Seperti pada waktu itu, Naufal duduk di halte tempat aku menunggu bis. Walaupun aku sendiri tak tau dia sedang menunggu siapa. Aku berjalan mendekatinya, dan duduk disampingnya. Dan mencoba menghilangkan semua rasa malu karna kejadian tadi. Aku tidak duduk terlalu dekat, sedikit menjauh. Aku menatapnya sesekali.
“ audisi bandnya masih ada kog,! “ katanya padaku. Aku hanya tersenyum. Dia tau kalau aku memang suka bernyanyi.
“ senyummu manis sekali, kayak orangnya “ katanya lagi membuatku tersipu malu.
Dia bilang, aku dan dia tidak harus bermusuhan hanya karena putus cinta, kami masih bisa berteman, sama seperti dulu. Aku memang tidak mengeluarkan sepatah katapun, tapi ini semua membuat aku senang, dan terhibur. Aku menolak ajakannya untuk mengantarku pulang, mungkin rasa malu ku masih ada.

eee

                Aku masih memikirkannya, aku berniat untuk memperbaiki hubunganku dengannya. Untuk itu aku akan membelikannya sebuah hadiah. Karena hari ini hari minggu, aku pergi ke sebuah toko buku. Naufal suka karangan fiktif seperti Novel, cerpen bahkan sastra. Aku berniat menjadikan salah satu dari buku itu sebagai hadiah.

                Aku mencari sebuah buku yang menurutku menarik untuk ku jadikan hadiah. Aku masih mencari, mengambil beberapa buku lalu meletakkannya lagi. Sejauh ini aku masih mencari, berjalan mengelilingi tumpukan buku yang berada di dalam rak.
“ hey “
“ kak Zura? “
“ cari buku ya? “
“ iya, kakak juga? “ aku mencoba mengakrabkan diri. Kenapa aku harus bertemu dia setiap hari, disekolah bertemu, dan sekarang pada hari libur aku juga harus bertemu dengannya. Kapan ada hari tidak ketemu dia sama sekali.

                Setelah aku dan dia berkutat di toko buku itu, akhirnya aku menemukan buku yang bagus untuk aku jadikan hadiah. Aku berjalan pulang sambil menuntun sepedaku di temani Zura. Sebenarnya aku sudah menolak tapi dia tetap bersikeras. Sama sekali tidak nyaman berjalan berdua dengan dia sekarang. Disaat kami berdua diam, tiba-tiba dia merangkulku aku berusaha mengelak tapi dia terus melakukannya. Sampai sepadaku tergeletak di tanah dia masih mencoba memelukku, aku terus mengelak. Dia tak memperdulikannya, bahkan dia akan menciumku, sebisa mungkin aku ingin menghindar dan menonjok mukanya, tapi apa daya, tubuhku telah di peluknya erat. Aku cuma berharap bisa lepas dari ini semua.

                Seseorang memukulnya hingga membuat dia terjatuh. Aku melihat orang itu. “Naufal?” teriakku. Aku segera menghampirinya, lalu berdiri sangat dekat di belakangnya. Aku sangat takut, baru kali ini aku melihat sifat mereka yang berbeda dari sebelumnya.
“ apa yang akan kau lakukan padanya? “ Tanya Naufal geram
“ huh? Apa hubungannya denganmu? Kau tak perlu tau! “ Zura berdiri sambil mengusap bibirnya yang sedikit berdarah. Tubuhku serasa bergetar, aku memegang tangan Naufal dan berbisik.
“ aku takut “
“ tenanglah, ada aku disini. “
“ semua tentang Farah, aku harus tau. Karena aku kekasihnya “ katanya pada Zura. Seketika itu aku melepaskan genggamanku, sedikit menjauh darinya.
“ memangnya sejak kapan kau jadi kekasihnya? Huh? “ dia membalas memukul Naufal. Naufal membalasnya lagi. Mereka berdua beradu kekuatan.

                Aku masih berdiri dengan rasa takut. Sambil berpikir apa yang harus aku lakukan untuk memisahkan mereka. Walaupun aku takut, tapi aku harus berani untuk mencegahnya agar kejadian ini tidak bertambah buruk.
“ berhentiiiiiiiii “ aku berteriak “ berhenti, kumohon berhenti. Berhenti “ tak terasa aku menangis. Aku menarik baju Naufal lalu Zura, tak berhasil. Aku memegang tangan mereka, mereka malah mendorongku. Aku memisahkan mereka, aku berada ditengah-tengah tangan yang mengepal. Aku menutup mataku dengan tanganku.
“ berhenti “ aku terengah-engah. Aku melihat mereka berdua, lalu memeluk Naufal.
“ sudah, ayo kita pulang. “ aku mengambil sepedaku lalu kami meninggalkan Zura.

                Kuajak dia mampir ke rumahku. Aku mengambil kotak p3k dan mengeluarkan beberapa obat. Sambil mengobati luka-luka yang ada pada wajah Naufal.
“ aauu, pelan-pelan “ katanya.
“ sakit ya! Ma’af-ma’af “
“ kamu bilang, tadi aku……. “ setelah beberapa saat diam, aku kembali memulai pembicaraan. Aku ingin membahas sesuatu yang tadi Naufal katakan. Dia bilang aku kekasihnya,  aku ingin tau, yang dikatakannya itu perasaannya yang sebenarnya atau hanya sekedar kata-kata untuk menggertak Zura. Tapi, sebelum aku selesai bertanya ia menyela.
“ aku sayang sama kamu, kamu selalu membebani pikiranku, dan sekarang, ayo kita buat ucapanku itu jadi nyata “ katanya. Aku tersenyum.
“ ayo “. Kami tertawa bersama.

 eee

                Hari ini senin pagi ini, aku berangkat sekolah dijemput Naufal. Ibuku memang tak henti-hentinya menyorakiku, kalau aku sudah baikan sama Naufal. Sama halnya dengan ibu, Enny juga melakukan hal itu setelah aku selesai bercerita dengannya. Malu memang, tapi aku senang. Rasanya semua bebanku satu minggu ini hilang sudah.

eee

                Sudah satu bulan lebih hubunganku dengan Naufal sejauh ini baik-baik saja. Bahkan Zura sekarang juga sudah berhenti mengejar-ngejarku dan menggangguku. Hubungan Zura dengan Enny kurasa semakin baik saja.  Ujian kelulusan juga sudah berhasil aku lewati, hanya persiapan wisuda yang akan di laksanakan dua hari lagi dan sekarang menjadi kesibukan sebagian warga sekolah.

                Aku mencari Naufal, aku memintanya untuk mengiringiku menyanyikan satu lagu saja, di wisuda nanti. Kelas XII IPA 2, itu tempat yang pertama kali aku tuju, mungkin saja dia ada di kelasnya. Tidak, ternyata dia tidak ada disana. Mungkin di ruang osis, pikirku. Sesampai aku disana, aku mendengar percakapan antara Naufal dan Santi, walapun tidak dari awal.
“ mengertilah “ kata Santi kepada Naufal sambil menangis.
“ aku mohon, pahamilah situasi ini “ Naufal membalas kemudian memeluk Santi.
“ sudah, jangan menangis “ tambahnya. Aku kesal sekali melihat kejadian ini, aku memukul pintu dengan tangan yang mengepal. Setelah mereka berdua melihatku, aku segera pergi.
“ Faraaaaah? “ itu teriakan Naufal. Aku menoleh kebelakang, tapi dia tak terlihat. Ah, sudahlah, mungkin dia lebih mementingkan Santi.

                Sesampainya aku di kelas pun, aku juga tak mendapati Naufal mengejarku. Aku mengadu pada Enny, bercerita padanya sambil menangis. Satu jam kemudian, Naufal ke kelasku. Dia menghampiriku yang sedang duduk bersama Enny.
“ apa kau marah? “ katanya
“ apa perlu di tanyakan? “
“ ma’afkan aku, itu tak seperti yang kau lihat! “
“ apa maksudmu?, aku jelas-jelas melihatmu memeluknya, apa itu yang kamu maksud tidak seperti yang kau lihat? “
“ aku hanya mencoba menenangkannya. “
“ apanya yang menenangkan? … “
“ dia bilang padaku, kalau dia suka padaku, tapi aku tak bisa karna aku… “
“ sudahlah, aku tak mau dengar lagi. Memang aku hanya penghalang antara kamu dan Santi, iya kan? “
“ apa maksudmu? “
“ ah, memang iya kan? Sudahlah, hubungan kita memang harus berakhir sampai disini. “
“ tidak, aku tidak mau. “
“ terserah, pokoknya detik ini juga kita putus “ aku pergi meninggalkan Naufal.
“ tunggu, Farah. Farah, farah ? “ Naufal mengikutiku.

                Pertengkaranku dengan Naufal menjadi pusat perhatian seluruh warga kelasku. Aku sudah tak malu lagi, membuka aib masalah hubunganku dengan Naufal. Biarlah, penantianku ini cukup sampai di sini saja, aku sudah tak kuat lagi, menghadapi masalah yang terus menerus datang.
Santi yang melihat dari luar, tersenyum melihatku saat aku berada tidak jauh disampingnya.
“ puas? “ kataku padanya.
“ belum sepenuhnya ”
Sesegera mungkin aku meninggalkannya. Naufal yang menyusulku, dihalangi oleh Santi.
“ jangan…….. “ itu ucapan Santi, hanya itu yang aku dengar.

                eee

                Aku terbaring di tempat tidurku, dan sekarang aku masih memikirkannya, tapi kurasa ini keputusanku yang paling baik. Sudah cukup rasa penderitaanku selama ini, hanya karena mempertahankan rasa cintaku pada Naufal. Apalagi setelah wisuda nanti, aku dan keluargaku akan pindah ke Bandung. Dulu aku memang sudah memberitahu Naufal akan hal ini, dan dari pada rasa sakit yang harus kami tanggung karena berpisah saat masih memiliki hubungan, lebih baik berpisah saat kami memang sudah benar-benar berpisah.

eee

                Aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah, senin pagi ini. Aku ingin menghindari pertemuanku dengan Naufal dan juga Santi, cewek menyebalkan itu. Kalau ada pengumuman dari sekolah yang perlu di sampaikan, pastilah Enny tidak keberatan untuk memberitahuku.           Lagi pula hari ini hanya digunakan untuk latihan pementasan acara wisuda. Dari pada aku sedih karna tak bisa ikut bernyanyi, lebih baik aku tidak melihatnya saja.

                Aku membantu Ibu dan Ayahku berkemas, dan membersihkan rumah. Ternyata sesibuk ini orang yang mau pindahan. Aku dan Ibu membereskan kamar dan barang-barangku, saat semua selesai, aku mendapati sebuah kotak kardus yang tidak terlalu besar, ini berisi barang-barang yang pernah Naufal berikan untukku. Aku akan menyimpannya, menyatukannya dengan barang-barang kenangan dari teman-temanku. Mungkin esok hari aku bisa mengingat masa-masa sekolah ini.

                Aku duduk di teras depan rumah, bersama Ayah dan Ibu tentunya. Ini semua tak terasa bahagia saat aku bersama teman-temanku. Aku tidak akan pernah bertemu mereka lagi, mungkin untuk jangka waktu yang panjang.
“ jadi kita berangkat hari Rabu, ya! “ Ayah memulai percakapan di antara kami.
“ iya, Yah. Sudah tidak sabar ingin melihat rumah baru “ ibu terlihat begitu semangat. Mereka membicarakan tentang rumah baru kami sekarang. Sedangkan aku, tak sanggup rasanya meninggalkan kota kelahiran tercinta ini, apalagi teman-temanku.
“ bagaimana kalau kita berangkat minggu depan? “ aku menyela pembicaraan mereka.
“ Ayah harus segera bekerja. “ Ayah menjawab.
“ memangnya kenapa? “ Ibu menambahkan.
“ aku ingin menghabiskan waktuku bersama teman-teman, membuat kenangan, baru aku akan pergi. Kalau Ayah, berangkat saja lebih dulu. “ aku menjelaskan. Mereka tak menjawab, mungkin mereka menyetujuinya.


eee

                Sambil mengenakan kebaya warna merah, aku duduk di kursi yang sudah disediakan. Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Semua teman-temanku tersenyum bahagia dan bahkan  musuhku ikut tersenyum saat aku melihat mereka. Mungkin inilah sebuah arti perpisahan, semua peristiwa di sini hanya akan menjadi kenangan. Masa putih abu-abu ku ini akan selalu aku kenang selamanya. Semua kejadian tentang guru, teman, sahabat, pacar, dan bahkan musuh yang hanya akan bisa menjadi satu saat aku berada di sekolah.

                Acara demi acara berlangsung, hingga prosesi wisuda kami. Ada rasa gugup dan takut, takut karna aku tak akan melihat teman-temanku lagi esok hari. Selesai acara, waktunya acara penghibur. Enny mengajakku ke ruang  ganti di belakang panggung,
“ setelah Naufal dan Santi, setelah ini kamu dan Naufal “ katanya padaku.
“ aku? “
“ iya “
“ kog…. “
“ udah turutin aja “
“ gak mau ah, “
Lagu sudah di mainkan, suara Naufal terdengar indah.
“ lagu ini? Seluruh nafas ini? “ tanyaku.
“ iya “
“ gak mau ah. “
“ eh, jangan malu-maluin dong . kalau kamu gak nyanyi, trus siapa? Masak yang cowok doank, trus yang cewek gak ada yang nyanyi gitu? Gimana sih!”
Aku mendengarkan dengan seksama, agar aku tau kapan waktunya aku bernyanyi.
“ habis ini, ayo keluar “ setelah Enny memberiku microfon, aku segera melantunkan lirik selanjutnya. Bernyanyi sambil berjalan ke arah panggung.
“ jika memang dirimulah tulang rusukku “
“ terlahir untukku “
“ kau akan kembali pada tubuh ini “
“ bawa hatiku kembali ”
“ ku akan tua dan mati dalam pelukmu “
“ untukmu seluruh nafas ini “
Berduet dengan Naufal, senang sekali rasanya.

                Aku berjalan memutari wilayah sekitar dengan Naufal, kami menemukan sebuah tempat duduk panjang. Aku dan dia duduk di sana.
“ seru, ya! Aku pengen lagi. “ katanya memulai.
“ iya, “ aku menjawab singkat. Kami berdua diam, aku mulai lagi percakapan diantara kami.
“ aku akan pindah ke Bandung “
“ kau sudah mengatakannya sejak dulu, tapi tidak juga terlaksana. “
“ mungkin minggu depan aku akan segera pindah, kemarin aku sudah berkemas. Dan sebenarnya besok, tapi aku mengulur waktu. ”
Naufal memandangku. “ kau,, benar-benar akan pergi? “
Aku tertunduk dan memberikan jawaban iya.
“ apakah ini pertemuan terakhir kita? “ tanyanya.
“ masih ada beberapa hari lagi, manfaatkanlah waktu yang singkat ini “
“ lalu apa artinya ini? Kita bahkan tak punya hubungan apapun lagi. “
“ seperti yang pernah kau bilang, walaupun kita bukan sepasang kekasih lagi, tapi kita tetaplah seorang sahabat bahkan saudara. “

                Aku berjalan kembali ke ruangan dimana acara wisuda kami berlangsung. Karna pastilah orang tua kami masing-masing sudah menunggu. Aku mengucapkan salam perpisahan pada teman-temanku. Aku memandang mereka, aku tidak bisa bersama mereka lagi, aku tidak bisa berbagi cerita kepada mereka lagi..

                Ayahku sudah akan berangkat ke Bandung besok, beliau berkali-kali bertanya padaku apakah keputusanku itu sudah benar-benar tepat. Ya, dan iya, sudah ku mantapkan semuanya, Sabtu depan aku akan berangkat, tidak bersama Ayah tapi bersama Ibu. Tetap pada pendirianku beberapa hari yang lalu, aku akan menghabiskan sisa waktuku bersama teman-temanku.

eee

Ke Mall, jalan-jalan di pusat kota, dan juga menghabiskan uang bersama teman-temanku. Senang sekali rasanya hari ini, kenangan yang indah sebelum aku pindah ke Bandung.
“ Faraah? “ sapa Naufal.
“ Fal? Sedang apa kamu disini. “
“ aku sedang… “
“ hai, semua. “ itu santi. Aku hanya tersenyum, walaupun rasa cemburu itu masih ada. Tapi aku sudah tak ada hak lagi untuk itu. Aku tak ingin membebaninya dengan kepergianku.
“ wah, kalian udah jadian ya! “ aku mencoba menutupi rasa cemburuku.
“ iya donk “ jawab Santi, walaupun aku tau  wajah Naufal tak menunjukkan jawaban iya.
“ udah dulu ya, masih banyak yang harus aku lakukan. Daaa. Ayo, Fal! “ Santi mengajak Naufal pergi.
“ gak cemburu? “ kata salah satu dari temanku setelah mereka benar-benar tak terlihat lagi. Menggelengkan kepala, itu jawaban yang tepat.

                Setelah puas bermain hari ini, aku dan teman-temanku memutuskan untuk pulang.  Aku berpisah di jalan dengan mereka. Masih terbayang tentang Naufal dan Santi tadi, walaupun sebenarnya aku tau, masih ada rasa untuknya. Tak mungkin kan, cepat itu aku melupakan dia. Waktu 6 setengah tahun untuk bertahan dan tetap mencintainya, harus aku ganti dengan waktu 6 hari untuk membencinya, ku rasa itu benar-benar waktu yang terlalu singkat dan itu tak mungkin.

                Sampai di depan rumah, aku melihat sebuah motor Smash- biru terparkir disana. Aku memandang plat nomornya. Oh tuhan, itu motor Naufal. Apa yang dia lakukan disini?. Aku bergegas masuk dan saat aku berada di ruang tamu, Ibu dan Naufal tengah asyk mengobrol. Aku hanya berdiri kaku memandang mereka. Ibu ganti memandangku disusul Naufal.
“ dari mana aja? Udah lama nunggu nih. “ Ibu memandangku sinis. Aku tak menjawab, segera kulangkahkan kakiku dan duduk di samping Naufal. Ibu beranjak pergi meninggalkan  kami.
Setelah beberapa saat.
“ apa? “ tanyaku. Dia diam.
“ besok, kamu masih disini? “ tanyanya.
“ iya “
“ gimana kalau besok kita jalan. “
“ aduh, gak bisa. Besok anak-anak mau kesini, masak aku batalin. “
Dia memandangku. Rasanya aku gak ingin dia kecewa.
“ ke rumahku aja besok “ aku menawarkan.
“ gak dech, kalau lusa, bisa? “
“ akan aku usahakan “
“ emb, satu hal lagi. “
“ apa? “
“ aku dan Santi, kami berdua tidak pacaran. “
“ kalau kamu pacaran dengannya tidak masalah bagiku, Fal. Tak apa, bukankah dengan begitu kau bisa melupakanku? “
“ aku mencintaimu “
“ aku lelah, aku lelah mencintaimu  
“ kenapa? “
“ kau tanya kenapa? Sudah selama ini, sudah hampir 7 tahun. Aku menderita hanya karena bertahan mencintaimu, sekarang cukup sudah, aku tak mau tersakiti lagi. “
“ emh, ok. Aku pulang ya! “ dia tak menjawab kalimat terakhirku. Aku diam dan menatapnya, begitu dia mengatakan akan pulang.
 “ udah sore nih! “ lanjutnya.
“ ya udah, hati-hati ya! “
“ iya “

                eee

                Kemarin Naufal benar-benar tidak datang kerumahku. Hanya teman-teman perempuanku saja, Enny juga datang. Walaupun begitu aku juga masih mencarinya, masih menunggunya, mungkin saja ia berbohong padaku dan memutuskan untuk datang kerumahku. Tapi ternyata sampai teman-temanku pulang dan hari sudah beranjak malam pun dia tak datang kerumahku.

                Aku masih memandangi bintang malam itu di belakang rumahku. Meratapi nasibku juga kisah cintaku yang tak sejalan dengan keinginanku. Ibuku berada disampingku sekarang, beliau menemaniku dan menunjukkan beberapa rasi bintang padaku. Oh ibu, aku jadi ingat Naufal lagi, dulu dia juga pernah melakukan hal yang sama padaku.  
“ kamu kog sedih terus sih? “ ibuku bertanya padaku.
“ kenapa kita harus pindah? “
Ibu memelukku. “ kamu masih mau maen sama temen-temen kamu juga masih ingin bertemu Naufal ya?”
“ iya, bu! “
“ seiring berjalannya waktu, kamu pasti bisa tanpa mereka. “
Aku percaya pada Ibuku, hanya saja ini masih berat bagiku.
“ kamu bisa kuliah di sana, sayang. Pasti kamu akan dapat banyak teman “
“ tapi, gak seperti mereka. “
“ setiap orang kan gak sama. Tapi kamu harus yakin, kamu pasti bisa tanpa mereka. “
“ iya, aku pasti bisa “ aku meyakinkan diri.

                Ibu mengajakku masuk ke dalam rumah dan menyuruhku tidur. Meski begitu, aku masih melihat bintang di jendela kamarku. Besok waktunya aku pergi, meninggalkan teman-temanku, cintaku, kenanganku, dan juga tempat kelahiranku. Mungkin ini sudah jalan yang terbaik dari tuhan untuk kehidupanku yang lebih baik juga.

                Dan hari ini, aku sudah berada di Bandara Juanda Surabaya. Aku berulang kali melihat isi ponselku, berharap Naufal memberi pesan terakhir atau bahkan ingin menyusulku kesini. Aku duduk di ruang tunggu sekarang, berharap waktu tak berjalan agar aku masih disini. Ku ambil ponselku dari saku celana, sesegera mungkin senyumku mengembang, lihatlah, itu pesan dari Naufal.
“ dia akan ke sini, bu! “ aku berkata pada Ibu yang duduk di sampingku.
“ siapa? “
“ Naufal, “
“ ya, semoga saja akan bertemu. “
“ memangnya kenapa? “
“ lihat, jam berapa sekarang? Sebentar lagi kita akan berangkat. “
Oh tuhan, beri aku kesempatan terakhir untuk bertemu dengannya, satu kali ini saja.
                Aku resah, memohon dan terus memohon. Pesawat Sriwijaya Air yang akan aku tumpangi di tunda keberangkatannya, itu pengumuman yang baru saja aku dengar. Senang rasanya, masih ada sedikit waktu untukku bertemu dengan Naufal. Semoga saja.
“ kamu dimana? “ itu pesan dari Naufal.
“ aku di ruang tunggu “ aku mencari, tengok kanan kiri.

                Ah, aku melihatnya. Aku juga datang menghampirinya, aku melihat keringatnya yang bercucuran dan juga nafasnya yang terdengar sangat jelas. Kami bertatap muka, beberapa lama. Dia menarik tanganku lalu memelukku. Hangat rasanya, ada rasa nyaman yang menyelimuti diriku. Aku menangis dalam pelukannya. Kuakui aku ini memang munafik, aku bilang bahwa aku membenci dia, tidak akan pernah mencintai dia lagi. Tapi kenyataannya, aku masih, benar-benar dan sangat-sangat mencintainya. Aku bilang tak ingin menyakitinya, tapi aku malah melakukannya. Membiarkan dia merasakan cinta dan pelukan terakhirku sebagai bukti bahwa aku masih mencintainya.

                Dua jam bersama dia, hanya seperti dua menit saja. Andai aku bisa menghentikan waktu, pasti aku akan bisa bersamanya selamanya, tak perlu takut akan berpisah dengannya.
“ hanya kamu yang aku cintai, kenapa kamu harus pergi saat aku mulai mencintaimu hidup dan mati? ”
“ ma’afkan aku, mungkin tuhan tak menciptakan kita untuk bersama “
“ kalau memang bukan kamu, lalu siapa tulang rusukku? “
“ itu masih misteri, aku juga tak tau tulang rusukku ini milik siapa. “
“ aku… aku… dia pasti tak lebih baik dari kamu “
“ berkatalah bijak seperti biasanya, ada apa denganmu? “
“ aku takut kehilanganmu, aku takut kita tidak akan bertemu lagi setelah ini “
“ kamu harus percaya satu hal. “
“ apa? “
Aku menarik nafas sejenak. “ kalau kita jodoh, kita pasti akan ketemu lagi “
“ jangan mencontek, itu kan kata di film-film “. Aku dan dia tertawa,
“ baiklah, tapi kata-kata itu memang benarkan! “
“ ya! Kalau kita jodoh, pastilah ini bukan hari terakhir kita bertemu. “
“ ya, itu pasti “

Sekarang aku harus pergi, pergi jauh meninggalkan cintaku. Meninggalkan cinta pertamaku.
 “ aku harus pergi “ ku katakan itu padanya setelah aku melihat ibuku berdiri sambil memegang koper.
“ jangan pernah lupakan aku, hubungi aku sesampainya kamu disana ya! “
“ tak akan aku biarkan kamu mengingat aku lagi. “
“ apa? “
“ ma’af “
“ aku mencintaimu. “
“ sekali lagi ma’af. Percayalah, seiring berjalannya waktu kamu akan melupakan aku “ aku sedikit mencontek kata-kata ibu.
“ itu tak akan semudah yang kamu katakan “
“ kamu belum mencobanya “
“ tunggu saja, aku akan membuat hari ini bukan hari terakhir kita bertemu. “
“ berdo’alah “. Walaupun sebenarnya aku juga ingin hal itu terjadi.
Aku melepaskan kalung yang sedang aku pakai sekarang, dan aku berikan padanya. Dan juga buku yang aku beli beberapa bulan yang lalu yang aku hiasi dengan pita di sampulnya, yang baru aku berikan padanya hari ini.
“ simpan ini baik-baik ya! “ aku berpesan padanya.
“ pasti “
Aku tau apa yang sedang dia rasakan, itu sama denganku.

                Aku tak bisa berlama-lama lagi, segera aku tinggalkan dia walaupun dengan berat hati. Berkali –kali aku menoleh kebelakang, melihatnya berdiri kaku sambil memandang kepergianku. Aku benar-benar pergi sekarang, perjalanan ini memang terasa menyedihkan. Bukan lagi terasa, tapi memang benar-benar menyedihkan.

                Semuanya sudah menunggu dirumah baruku. Keluarga besarku memang kebanyakan tinggal di Bandung. Kini mereka berkumpul untuk menyambut kedatanganku dan Ibuku. Katanya untuk beberapa hari mereka akan tinggal disini. Karena ini membuat aku tertawa setiap saat, aku jadi lupa akan semua masalahku. Tentang sahabatku, cintaku, kenanganku, dan bahkan juga Naufal. Dalam jangka waktu tidak terlalu panjang, aku bisa melupakannya. Mungkin hanya sesaat.

                eee

                Sambil membawa boneka yang pernah dia berikan padaku, aku mengitari sekitar kompleks bersama sepupuku. Aku menceritakan kepadanya, bagaimana boneka shaun d’ sheep ini berada di tanganku.

                Naufal, cowok pertama yang aku cintai. Akan aku ceritakan masa-masa putih abu-abu ku ini pada anak-anakku nanti. Tentang Naufal, orang yang dulu pernah aku cintai, yang berharap akan terus bersama selamanya. Walaupun sekarang aku tau, tuhan tak menciptakan dia untukku. Dan aku bukan tulang rusuknya yang selama ini dia cari. Akan aku kenang selamanya dia dihatiku, dia, cinta pertamaku.

About Me

 
My Note's© DiseƱado por: Compartidisimo